Pin RESET AVR

Setiap mikrokontroller memiliki pin reset, mikrokontroller MCS51 maupun AVR juga memiliki pin reset. Jika pada MCS51 pin reset aktif HIGH, maka pada AVR pin reset aktif LOW. Saya akan mencoba membahas pin reset pada AVR, karena setelah membaca tentang “Hardware Design Consideration”, ternyata pin reset pun harus dirancang sebaik mungkin.

Pin RESET pada AVR aktif low yang maksudnya reset mikrokontroller akan terjadi jika pin RESET diberi logika 0. RESET memiliki 2 fungsi atau tujuan antara lain :

  1. Membuat semua pin dalam kondisi tri-state (High Impedance) kecuali pin XTAL, menginisialisasi register I/O, dan meng-set counter program kembali ke NOL.
  2. Memasuki mode program (beberapa IC lain juga menggunakan pin PEN untuk memasuki mode program). Selain itu memungkinkan untuk menggunakan mode memprogram chip paralel/tegangan tinggi dengan memberikan pin RESET tegangan 11,5 Vdc – 12 Vdc (lihat datasheet chip).

Pin Reset AVR memiliki resistor pull-up internal agar mikro tidak reset sendiri tetapi resistor pull-up internal ini tidak cukup jika lingkungan memiliki ganguan-ganguan dan mikro dapat reset yang terjadi secara sporadis. Resistor pull-up eksternal dapat digunakan untuk menjaga agar pin RESET tidak berlogika 0 secara tidak disengaja. Besarnya nilai resistor ini secara teori bisa bernilai berapa saja tetapi untuk aplikasinya gunakan nilai resistor yang tepat agar pin RESET dapat diubah logikanya menjadi LOW sehingga dapat diprogram. Nilai pada umumnya dan yang direkomendasikan adalah 10Kohm dan untuk keperluan debugWIRE tidak boleh lebih kecil dari 10Kohm.

Untuk melindungi pin RESET dari noise, kapasitor dapat ditambahkan yang terhubung dengan pin Reset dan Ground. Kapasitor tidak begitu dianjurkan penggunaannya karena AVR telah memiliki low-pass filter internal untuk mengurangi efek bounching pada pin Reset, tetapi penggunaan kapasitor eksternal lebih kepada proteksi tambahan pada pin reset.
Penggunaan kapasitor eksternal tidak diperbolehkan apabila menggunakan debugWIRE.

Beberapa mikrokontroller dapat ditambahkan eksternal rangkaian Brown-out (drop tegangan / penurunan tegangan) tetapi AVR memiliki rangkaian Brown-out internal sehingga lebih aman dan merupakan solusi sederhana untuk mengontrol kondisi pin RESET.

Jika tidak menggunakan mode memprogram tegangan tinggi, disarankan dioda pelindung ESD (Electrostatic Discharge) antara pin RESET dengan VCC karena tidak terdapat pelindung internal untuk mode memprogram tegangan tinggi. Dioda Zener dapat digunakan untuk membatasi tegangan pada pin Reset terhadap Ground. Dioda Zener ini sangat disarankan apabila mikrokontroller digunakan pada lingkungan yang memiliki noise tinggi.

Komponen-komponen ini (Resistor pull-up eksternal, kapasitor eksternal, dan Dioda Zener) letakkan sedekat mungkin dengan pin Reset Mikrokontroller AVR.

Image

Referensi sumber : http://too-payz.blogspot.com

Drawing Original by : mikroelektroniika.wordpress.com

Dasar -dasar ISP (In-System Chip Programming)

In-System Chip Programming (ISP) adalah sebuah fitur bagi sebuah microcontroller agar dapat didownload dengan program tanpa mencabut microcontroller dari system-nya. Sehingga Microcontroller tetap pada kedudukannya semua dan dihubungkan dengan ISP. Dan dilakukan proses download. Begitu pula saat memutuskan hubungan antara Downloader dan Microcontroller , kita hanya cukup memutuskan kabelnya saja, tanpa lagi perlu mencucuk-cabut microkontroler. Cara semacam ini adalah cara yang sangat hemat waktu terutama dalam proses pengembangan sebuah program.

In-System Chip Programming (ISP) buatan ATMEL adalah sebuah komunikasi serial yang menggunakan bus SPI (Serial Paripheral Interface) yang menggunakan Shift Register sebagai komponen utamanya. Ada 2 kabel data yang disebut sebagai MISO (Master In Slave Out), dan MOSI (Master Out Slave In). Sesuai dengan namanya jika ISP ini adalah sebuah downloader dan microcontroler, maka dapat dikatakan Master adalah downloader dan Slave adalah MicroController. MOSI adalah kabel yang mengirimkan data kepada Slave, sedang MISO kabel tempat master menerima data. Transfer data tersebut memerlukan sebuah kabel lagi, yang dinamakan sebagai shyncronization. Dalam hal ini kabel tersebut dinamakan dengan SCK (Serial Clock). Data (MISO dan atau MOSI) akan dianggap valid hanya saat SCK dalam keadaan tinggi.

Dua peralatan yang berkomunikasi ini sama-sama menggunakan Shift Register. Sehingga dalam komunikasi ISP ini, selalu ada data yang dikirim dan diterima secara bersama-sama dalam setiap clock bit-nya. Dalam hal ini. Untuk setiap perintah dalam ISP ini, data 4 byte dikirim sekaligus juga menerima 4 byte data. 4 byte data yang diterima ini sekaligus juga berarti respon dari target, seperti ATMEL AT89S5X atau AVR.

Karena instruksi masing-masing jenis Chip milik ATMEL tersebut berbeda maka akan lebih baik dicari standar yang paling mirip saja. Oleh karena itu chip Master hanya diberikan kemampuan menerima perintah yang umum saja.

Banyak sekali downloader yang digunakan untuk mengupload program yang kita buat ke dalam chip mikro. Disini saya menggunakan downloader DI-USB ISP AVR produk dari depok instruments. Cara menggunakan downloader ini cukup simple dan user friendly  banget. Dalam paket penjualan telah tersedia CD program aplikasi untuk mengupload program ke dalam chip dan kabel IDC 10 sebagai penghubung downloader dengan rangkaian minsis.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

 

Sebagai contoh saya gambarkan rangkaian minimum untuk mengupload program dengan sistem ISP yaitu dengan menggunakan pin MOSI, MISO, SCK dan RESET pada chip mikrokontroler.

minsis with downloader

 

Rangkaian Minimum Sistem AVR Atmega8535

Dalam suatu project atau rangkaian elektronika AVR mikrokontroler akan berfungsi dengan baik jika dirangkai dengan sistem minimum pada chip AVR agar bekerja dengan optimal. Pada postingan terdahulu, digambarkan konfigurasi pin mikrokontroler Atmega8535. Pada pin 12 dan pin 13 adalah pin Crystal eksternal yang harus dirangkaikan dengan Crystal sebagai sumber clock eksternal pada chip Atmega8535. Dan pada pin 9 adalah pin RESET yang harus dirangkaikan dengan rangkaian reset, yang berfungsi sebagai pe-RESET program apabila terjadi error saat program berjalan.

 Komponen yang dibutuhkan untuk rangkaian sumber clock eksternal adalah :

  • 1 buah Crystal 8 MHz atau 11.0592 MHz sesuai dengan kebutuhan chip AVR
  • 2 buah Kapasitor 22nF

Dan komponen yang dibutuhkan untuk rangkaian Reset adalah :

  • 1 buah Resistor 10K
  • 1 buah Kapasitor Elco 10uF
  • 1 buah Push Button sebagai tombol Reset

Untuk rangkaiannya digambarkan sebagai berikut :

Image

Aplikasi Mikrokontroller 001 “Traffic light 3 arah dengan atmega8535”

Pada aplikasi ini saya mempergunakan atmega8535 sebagai mikrokontroller utama atau main controller nya ,, rangkaiannya cukup simple dengan mempergunakan 9 buah led sebagai prototype. Dan led tersebut akan menyala dengan active low ( jika diberi logika 0).

Timernya masih menggunakan sistem delay (waktu tunggu) dan untuk waktunya bisa dimodifikasi sesuai dengan keinginan dengan mengubah nilai _delay_ms(“waktutunggu”);.

Berikut komponen yang dibutuhkan :

  • 1 ic microcontroller atmega8535
  • 1 crystal 11.0592 MHz
  • 2 Capasitor 22nF
  • 1 Push button (sbg tombol reset)
  • 1 Resistor 10K
  • 1 Capasitor 10uF
  • 9 Resistor 330 Ohm
  • 3 Led warna merah
  • 3 Led warna kuning
  • 3 Led warna hijau
  • Catu daya (adaptor 5v)

Gambar rangkaian simulasi di ISIS Proteus adalah : Continue reading

MENGENAL LAMPU LED

LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor jenis dioda yang mempu mengeluarkan cahaya. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi pada LED elektron menerjang sambungan P-N (Positif-Negatif). Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.
LED memiliki bentuk fisik seperti gambar berikut:

Image

Image

LED memiliki dua kaki yang terbuat dari sejenis kawat. Kawat yang panjang adalah anoda, sedangkan kawat yang pendek adalah katoda. Coba perhatikan bagian dalam LED, akan terlihat berbeda antara kiri dan kanannya. Yang ukurannya lebih besar adalah katoda, atau yang mempunyai panjang sisi atas yang lebih besar adalah katoda.

Anoda adalah elektroda, bisa berupa logam maupun penghantar listrik lainnya pada sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan arah pergerakan elektron.

Katoda merupakan kebalikan dari anoda. Katoda adalah elektroda dalam sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya.

Cara Kerja LED
Dalam hal ini LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terebalik karena apabila terbalik kutubnya maka LED tersebut tidak akan menyala. Led memiliki karakteristik berbeda-beda menurut warna yang dihasilkan. Semakin tinggi arus yang mengalir pada LED maka semakin terang pula cahaya yang dihasilkan, namun perlu diperhatikan bahwa besarnya arus yang diperbolehkan adalah 10mA-20mA dan pada tegangan 1,6V – 3,5 V menurut karakter warna yang dihasilkan. Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA maka LED akan terbakar. Untuk menjaga agar LED tidak terbakar perlu kita gunakan resistor sebagai penghambat arus.

Arah arus konvensional hanya dapat mengalir dari anoda ke katoda. Untuk pemasangan LED pada board mikrokontroller Anoda dihubungkan ke sumber tegangan dan katoda dihubungkan ke ground.

Di dalam LED terdapat sejumlah zat kimia yang kaan mengeluarkan cahaya jika elektron-elektron melewatinya. Dengan mengganti zat kimia ini (doping), kita dapat mengganti panjang gelombang cahaya yang dipancarkannya, seperti infra red, hijau/biru/merah, dan ultraviolet.

Klasifikasi tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:
Tegangan kerja / jatuh tegangan pada sebuah menurut warna yang dihasilkan:

  1. Infra merah : 1,6 V
  2. Merah : 1,8 V – 2,1 V
  3. Oranye : 2,2 V
  4. Kuning : 2,4 V
  5. Hijau : 2,6 V
  6. Biru : 3,0 V – 3,5 V
  7. Putih : 3,0 – 3,6 V
  8. Ultraviolet : 3,5 V

Keunggulan dari LED:

  • LED memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain, dimana LED lebih hemat energi 80 % sampai 90% dibandingkan lampu lain.
  • LED memilki waktu penggunaan yang lebih lama hingga mencapai 100 ribu jam.
  • LED memiliki tegangan operasi DC yang rendah.
  • Cahaya keluaran dari LED bersifat dingin atau cool (tidak ada sinar UV atau energi panas).
  • Ukurannya yang mini dan praktis
  • Tersedia dalam berbagai warna
  • Harga murah

Kelemahan dari LED

  1. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan elektrik pada LED.
  2. Harga LED per lumen lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain.
  3. Intensitas cahaya (Lumen) yang dihasilkannya tergolong kecil.
Warna LED
Tidak seperti dioda signal biasa yang dibuat untuk penyearah dan terbuat dari germanium ataupun silikon, LED terbuat dari senyawa semikonduktor eksotik seperti Gallium (GaAs), Gallium fosfida (GaP), Gallium fosfida (GaAsP), Silicon Carbide (SiC) atau Indium Gallium Nitrida (GaInN) yang dicampur pada rasio yang berbeda untuk menghasilkan panjang gelombang warna yang berbeda. Pilihan yang tepat dari bahan semikonduktor yang digunakan akan menentukan panjang gelombang keseluruhan dari emisi foton cahaya dan akan menentukan warna yang dipancarkan LED.
Tabel. Warna dan Material LED
Warna
Panjanggelombang [nm]
Material semikonduktor
Infrared
? > 760
Gallium arsenide (GaAs)Aluminium gallium arsenide (AlGaAs)
Red
610 < ? < 760
Aluminium gallium arsenide (AlGaAs)Gallium arsenide phosphide (GaAsP)Aluminium gallium indium phosphide (AlGaInP)Gallium(III) phosphide (GaP)
Orange
590 < ? < 610
Gallium arsenide phosphide (GaAsP)Aluminium gallium indium phosphide (AlGaInP)Gallium(III) phosphide (GaP)
Yellow
570 < ? < 590
Gallium arsenide phosphide (GaAsP)Aluminium gallium indium phosphide (AlGaInP)Gallium(III) phosphide (GaP)
Green
500 < ? < 570
Indium gallium nitride (InGaN) / Gallium(III) nitride (GaN)Gallium(III) phosphide (GaP)Aluminium gallium indium phosphide (AlGaInP)Aluminium gallium phosphide (AlGaP)
Blue
450 < ? < 500
Zinc selenide (ZnSe)Indium gallium nitride (InGaN)
Violet
400 < ? < 450
Indium gallium nitride (InGaN)
Purple
multiple types
Dual blue/red LEDs,
blue with red phosphor,
or white with purple plastic
Ultraviolet
? < 400
Diamond (235 nm) Boron nitride (215 nm) Aluminium nitride (AlN) (210 nm) Aluminium gallium nitride (AlGaN)Aluminium gallium indium nitride (AlGaInN) – (down to 210 nm)
Pink
multiple types
Blue with one or two phosphor layers:
yellow with red, orange or pink phosphor added afterwards,
or white with pink pigment or dye.
White
Broad spectrum
Blue/UV diode with yellow phosphor
LED Multi Warna
Bicolour Light Emitting Diodes (LED 2 Warna)
LED 2 warna mempunyai 2 LED dalam satu komponen yang dipasang “inverse paralel” (salah satu bias maju dan satunya bias mundur) , jadi ketika di operasikan bias maju akan menghasilkan warna 1 dan jika dioperasikan bias mundur akan menghasilkan warna kedua.
Image
Multi or Tricolour Light Emitting Diodes (LED multi atau 3 Warna)
LED 3 warna yang paling terkenal adalah LED berwarna merah dan hijau, dan warna ketiganya adalah kombinasi dari keduanya yaitu kuning. LED 3 warna mempunyai 3 kaki, 2 kaki anoda dan 1 kaki yang di tengah merupakan katoda.
Image
LED Displays
LED display merupakan beberapa LED yang dijadikan satu membuat bentuk tertentu, contoh yang umum adalah, 7-segmen, LED display yang berfungsi menampilkan angka (digit 0-9)
§  Common Cathode Display (CCD) – Pada display common katoda, semua katoda LED di gabung menjadi satu. Masing-masing segmen akan menyala jika diberi logika “HIGH” logic “1”.
§  Common Anode Display (CAD) – Pada display common anooda, semua anoda LED di gabung menjadi satu. Masing-masing segmen akan menyala jika diberi logika “LOW” logic “0”.

Image

Menghitung nilai Resistor LED
Sebuah rangkaian LED harus mempunyai sebuah resistor yang dipasang seri untuk membatasi arus listrik yang melewati LED agar LED tidak hangus. Arus yang melewati LED berbanding lurus dengan nyala LED, semakin besar arus yang melewati LED semakin terang LED menyala dan sebaliknya. Arus LED biasanya antara 10 – 20 mA. Jadi Resistor juga berfungsi mengatur nyala LED atau sebagai pembatas arus untuk efisiensi daya.
Nilai R ditentukan dengan rumus berikut:
R = (VS – VL) / I
Dimana :
VS = Tegangan sumber (V)
VL = Tegangan LED (biasanya bernilai 2V, atau 4V ntuk LED putih dan Biru) (V)
 I = Arus yang maksimal yang akan melewati LED (A)
Cttn :
*Pastikan Arus LED yang ditentukan dibawah arus maksimum yang di izinkan Jika tidak ada resistor yang sama dengan nilai kalkulasi maka gunakan nilai resistor yang lebih besar, jadi arus yang mengalir akan sedikit berkurang pada LED.
*Untuk pemilihan intensitas LED, pada datasheet biasanya dicantumkan grafik hubungan Arus dan Intensitas, maka pemilihan arus bisa mengacu pada grafik tsb.
*Untuk Tegangan bias maju LED biasanya juga tergantung warna LED, juga tercantum pada datasheet.

Image

Table of technical data for LEDs
Pada datasheet biasanya dicantumkan data mengenai LED, data ini berisi informasi mengenai karakteristik LED, tabel dibawah ini merupakan contoh beberapa data teknis LED.
Tabel. LED’s Technical data
Type
Colour
IF
max
VF
typ
VF
max
VR
max
Luminous
intensity
Viewing
angle
Wavelength
Standard
Red
30mA
1.7V
2.1V
5V
5mcd @ 10mA
60°
660nm
Standard
Bright red
30mA
2.0V
2.5V
5V
80mcd @ 10mA
60°
625nm
Standard
Yellow
30mA
2.1V
2.5V
5V
32mcd @ 10mA
60°
590nm
Standard
Green
25mA
2.2V
2.5V
5V
32mcd @ 10mA
60°
565nm
High intensity
Blue
30mA
4.5V
5.5V
5V
60mcd @ 20mA
50°
430nm
Super bright
Red
30mA
1.85V
2.5V
5V
500mcd @ 20mA
60°
660nm
Low current
Red
30mA
1.7V
2.0V
5V
5mcd @ 2mA
60°
625nm
Keterangan
IF max.
Arus maksimum LED
VF typ.
Tegangan bias maju LED, VL pada perhitungan resistor LED.
Sekitar 2V, kecuali intuk LED biru dan putih sekitar 4V
VF max.
Tegangan bias maju maksimal
VR max.
Tegangan bias mundur maksimal.
Luminous intensity
Intensitas Cahaya LED pada arus tertentu yang diberikan,
mcd = millicandela.
Viewing angle
LED standar mempunyai “viewing angle” 60°, dan yang lain sekitar 30°.
Wavelength
Panjang gelombang LED, yang menentukan warna LED.
nm = nanomeer.